Indonesia Tanpa Identitas Nasional? Bagai Sepeda Tanpa Roda


LATAR BELAKANG
Persamaan nasib, persamaan sejarah, persamaan kebiasaan, dan masih banyak persamaan lain tak dapat dipungkiri mampu menyatukan sekumpulan orang, kelompok, bahkan negara. Namun, bukan hanya karena persamaan yang semata-mata menjadi pemersatu, melainkan juga perbedaan. Perbedaan suku, perbedaan bahasa, perbedaan agama, perbedaan budaya ternyata tidak juga menjadi penghalang suatu negara bisa terbentuk. Sadarkah kita bahwa negara itu adalah negara yang menjadi tempat tinggal kita saat ini, yakni Negara Indonesia. Jutaan jiwa pahlawan yang dahulu gugur demi kemerdekaan Indonesia pada akhirnya memberikan kita kesempatan merasakan nikmatnya kemerdekaan dan bebas dari jeratan penjajah. Hal itu semata-mata karena pahlawan kita tidak memandang perbedaan di antara mereka, tetapi bagaimana mereka menyatukan tujuan dan tekad untuk memerdekakan diri dan bangsa. Kemudian, apakah yang ingin kita capai setelah Indonesia kini sudah menikmati kemerdekaan?

Sebagai bangsa Indonesia pada zaman millenial ini, seringkali kita terlalu dimanja dengan nikmatnya kemerdekaan dan kemajuan teknologi tanpa harus merasakan pahitnya berjuang. Kita yang tidak perlu mencucurkan darah dan meregang nyawa untuk merasakan kebebasan, kini bahkan sampai lupa diri seperti apa kita seharusnya berterima kasih akan kebebasan itu. Kita lupa siapa diri kita sebenarnya, kita lupa identitas kita, dan kita mengabaikan betapa pentingnya peran kita dalam mempertahankan anugerah kemerdekaan tersebut.

Zaman dengan canggihnya teknologi membuat kita merasa bisa berbuat segalanya sepuas kita, senyaman kita, serta semau kita. Hal itu membuat kita akhirnya tenggelam terlalu dalam hingga kita akhirnya hanya menuntut hak kita saja tanpa mau berkorban dan melakukan apa yang menjadi kewajiban kita. Gadget tampaknya sudah menjadi Tuhan bagi generasi kita di zaman ini. Hidup tanpa gadget rasanya bagai sepeda tanpa roda. Kebiasaan itulah yang menciptakan diri kita menjadi pribadi yang individualis, egois, tak peduli dengan keadaan sekitar, mau menang sendiri, dan menjadi pribadi yang tertutup. Tidak sadar hal itu juga perlahan membentuk kita menjadi pribadi yang merasa selalu benar hingga haus akan kekuasaan supaya mampu mengontrol orang-orang di sekeliling kita supaya menuruti apa yang kita inginkan. Tak bisa dibayangkan lagi bagaimana jadinya negara ini, ketika kita membuatnya menjadi sesuai keinginan kita dan bukan lagi menurut tujuan dan cita-cita nasional yang dahulu menjadi kebanggaan kita saat negara ini berhasil menghirup nafas kebebasan.

Tanpa kita sadari, tujuan dan cita-cita nasional yang dahulu diperjuangkan dengan cucuran darah dan air mata kini hanya sebatas kalimat yang mengisi lembaran demi lembaran di dalam buku UUD 1945. Pancasila yang seharusnya menjadi pemersatu bangsa, kini hanya kebanggaan yang tiada artinya karena perbuatan kita sendiri tidaklah mencerminkan nilai-nilai yang seharusnya diimplementasikan. Oleh karena itu, sudah menjadi tanggung jawab kita yang harus mau menoleh ke belakang, memutar kembali bagaimana sengsaranya menggenggam kemerdekaan, dan menjadi bagian dalam barisan pejuang yang mempertahankan kemerdekaan itu. Langkah awal dan bisa dikatakan salah satu langkah utama adalah kita kembali mengenal dan memahami identitas kita sebagai bangsa Indonesia, Identitas Nasional.

APA KATA PENULIS
Berkaca dari persoalan-persoalan yang muncul di negeri ini, tanpa kita sadari identitas nasional menjadi salah satu jalan untuk negara dalam memperbaiki diri. Identitas nasional itulah yang menjadi ciri khas suatu bangsa. Identitas nasional pula yang menjadi karakter suatu bangsa yang membedakan negara Indonesia dengan negara lain. Untuk itu, penting bagi kita tidak hanya sekedar mengenal, tetapi juga menanamkannya dalam diri kita masing-masing, dan kemudian mengimplementasikannya dalam kehidupan setiap harinya. Namun, sebelum mengenal identitas nasional bangsa kita, perlu diketahui terlebih dahulu apa sebenarnya pengertian identitas nasional itu sendiri.

Identitas nasional (national identity) adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lain (Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, 2011: 66). Dari pengertian tersebut, dapat kita ketahui bahwa identitas nasional merupakan manifestasi nilai budaya dalam bangsa tersebut yang tumbuh menjadi ciri khas dari bangsa tersebut. Tentunya, bangsa Indonesia memiliki ciri khas yang sering disebut-sebut bahwa bangsa Indonesia unggul akan keramahannya. Selain itu, bangsa Indonesia juga hidup di dalam naungan Pancasila. Pancasila juga sering kali disebut sebagai kepribadian bangsa Indonesia. Di samping itu, bangsa Indonesia juga memunyai identitas diri yang membuatnya berbeda dengan yang lain, yakni adanya UUD 1945 sebagai sumber hukum, Bendera Merah Putih, bahasa yang satu yaitu Bahasa Indonesia, dan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Itu semua yang menjadi karakteristik identitas nasional bangsa Indonesia.

Semua jati diri bangsa tersebut diperoleh semata-mata tidak dengan jalan yang mudah. Pahlawan Indonesia dahulu melewati berbagai perjuangan hingga akhirnya Indonesia bisa diakui sebagai negara yang merdeka. Dalam perjuangannya, Indonesia menempuh 2 cara, yakni secara de facto dan de jure. Secara de facto, Indonesia dikatakan merdeka tepat pada tahun 1945. Sedangkan secara de jure, Indonesia baru diakui sebagai negara merdeka pada tahun 1950, yang kemudian Indonesia bergabung menjadi salah satu anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Tentu mempertahankan kemerdekaan tersebut bukanlah hal yang mudah. Indonesia harus memiliki pondasi yang kuat untuk memajukan negaranya agar semakin diakui di antara negara-negara yang ada. Pondasi tersebut salah satunya adalah tujuan negara Republik Indonesia yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4. Adapun tujuan negara RI adalah sebagai berikut.
1.      Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2.      Memajukan kesejahteraan umum
3.      Mencerdaskan kehidupan bangsa
4.      Ikut serta dalam mewujudkan perdamaian dunia
Tujuan di atas menjadi pedoman bagi bangsa bahwa ada suatu hal yang harus diwujudkan sebagai negara yang merdeka. Maka, tujuan tersebut perlu selalu diingat supaya segala aspek kehidupan yang ada dan kita lakukan memiliki tujuan yang sama dan satu, bukan sebaliknya.

Hari demi hari yang akhirnya dilalui Negara Indonesia sebagai negara yang bebas, membawa negara ini akhirnya pun berjalan mengikuti derasnya arus perkembangan. Berbagai sektor yang semakin baik dari hari ke hari, bermacam-macam bentuk teknologipun juga mewarnai kehidupan Negara Indonesia, hingga cepatnya arus globalisasi juga masuk dalam kehidupan bangsa Indonesia. Tidak ada yang salah ataupun buruk dari suatu perkembangan zaman yang terjadi. Hal yang menentukan apakah baik atau buruk adalah bagaimana kita menanggapi dan menyikapinya.

Sayang sekali, perkembangan zaman yang begitu pesat justru melahirkan generasi-generasi muda yang cenderung pasif dan menerima mentah-mentah datangnya arus globalisasi. Tak jarang di antara kita seakan terbawa arus globalisasi tersebut dan dengan mudahnya terpengaruh oleh banyak berita yang belum pasti kebenarannya. Di sisi lain, masuknya budaya asing juga membuat nilai-nilai etika bangsa sendiri mulai bergeser sedikit demi sedikit. Hal itu pula yang akhirnya menyebabkan lemahnya kemandirian bangsa kita. Sebagai contoh, bangsa Indonesia yang dahulu terkenal dengan keramahannya, kini berubah dengan hadirnya gadget. Orang lebih fokus pada telepon genggam yang dibawanya dibandingkan dengan bercengkerama dengan orang-orang sekitarnya. Hal itu tentunya kita rasakan di era yang semakin modern ini. Jaman millennial juga menggeser nilai-nilai etika, seperti sopan santun, budaya senyum, sapa, salam, dan masih banyak lagi. Pribadi yang tercipta cenderung pribadi individualis yang mementingkan kepentingan dirinya sendiri. Kepedulian terhadap sesamapun semakin menurun seiring berjalannya waktu. Banyak orang akhirnya mencari perhatian dengan cara yang kurang masuk akal. Misalnya saja membuat kegaduhan atau keanehan-keanehan yang bisa mengundang tontonan massa supaya menarik perhatian. Di sisi lain, tidak sedikit dai kita yang ingin menjadikan negara ini seturut dengan keinginan kita bahkan hingga melakukan segala cara yang malah mengundang pertikaian dan perpecahan. Ada pula yang menjadikan perbedaan sebagai alat untuk memecah belah kemerdekaan negara ini. Lalu bagaimana dengan makna semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”?
Tanpa kita sadari itu semua merupakan bentuk penjajahan yang kita ciptakan untuk diri kita sendiri, bangsa kita sendiri. Semuanya itu merupakan dampak dari menurunnya identitas nasional. Kita-pun sibuk dengan dunia kita masing-masing dan mengabaikan tugas kita untuk turut menjaga kemerdekaan bangsa ini. Apabila hal itu terus dibiarkan terjadi, maka dapat dikatakan kitapun menjadi bagian yang turut menghancurkan bangsa kita sendiri sebab jati diri yang merupakan karakter bangsa akan hilang nantinya. Oleh karena itu, menjaga identitas nasional bangsa menjadi sangat penting dalam zaman millenial ini.

Lalu yang menjadi pertanyaan bagi kita ialah bagaimana menjaga identitas nasional tersebut agar tetap utuh?
Salah satunya adalah dengan mengimplementasikan secara nyata nilai-nilai baik yang terkandung dalam identitas nasional itu sendiri. Hal yang paling dekat dengan kita adalah mengimplementasikan Pancasila. Hal mudah yang sulit dilakukan adalah bagaimana menghargai orang lain, menerima perbedaan orang lain, mau bekerja sama dan membangun hubungan yang baik dengan orang lain, dan memandang perbedaan sebagai suatu hal yang mempersatukan. Selain itu, penting juga mengikuti pendidikan terkait agama, Pancasila, dan kewarganegaraan untuk menambah pemahaman akan apa yang negara butuhkan dan negara harapkan dengan kehadiran kita sebagai warganya.

KESIMPULAN
Seperti yang telah kita ketahui bahwa identitas nasional menduduki posisi dan peranyang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, berbangsa, dan bernegara. Hal itu dikarenakan identitas nasional memiliki kaitan erat dengan asal usul bangsa serta mencerminkan karakter dan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Tanpa kita sadari setiap perilaku kita dan kebiasaan kita mengantar kita untuk turut serta membentuk negara ini. Berkaca dari berbagai konflik yang kerap kali kita dengar melalui sosial media pada zaman milenial ini, kit apun tahu negara sedang krisis akan identitas nasionalnya sendiri. Kita sebagai generasi penerusnya sudah sepantasnya yang menjadikan diri kita sebagai agen perubahan demi perbaikan negara dan kemajuan negara kita sendiri lewat perbuatan-perbuatan kita sehari-harinya. Sebagai warga negara ini, kita pun tahu tujuan dan cita-cita yang diperjuangkan pahlawan kita dengan bercucuran darah dan air mata. Maka sudah saatnya bagi kita untuk menggunakan kesempatan yang kita miliki untuk berjuang dalam mempertahankan identitas kita sebagai bangsa yang “Bhinneka Tunggal Ika”.

MERDEKA!!!




Referensi :
- Materi Perkuliahan MKU Kewarganegaraan (07/02/19) oleh Bpk. Ir. Stefanus Yufra M. Taneo
- http://lisnawati.web.unej.ac.id/2015/06/09/pudarnya-nilai-identitas-nasional-di-indonesia/
- https://www.kompasiana.com/usniaty.s.i.kom/5857da27547b61e72065c9e1/masalah-identitas-nasional
- https://media.neliti.com/media/publications/221122-konfigurasi-identitas-nasional-nasionali.pdf
- https://annisajune.wordpress.com/2013/05/31/krisis-identitas-nasional/


Comments

Popular posts from this blog

Worst Nightmare (english assigment)

Pancasila itu Diimplementasikan, Bukan Hanya Diucapkan